Pages

Friday, January 15, 2010

Demi Masa : Manajemen Waktu

Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
(Q.S. Al-Ashr : 1-3)

“Duh ga punya waktu nih”, “Lagi sibuk banget nih, sampe lupa makan”, dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang seringkali kita dengar bahkan kita ucapkan sendiri berkaitan dengan waktu yang kita miliki. Padahal tiap orang memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Lalu apa sebabnya ada yang sepertinya dapat mengerjakan semua hal dan ada yang untuk mengerjakan satu pekerjaan saja sepertinya punya waktu 24 jam tidaklah cukup.

Demikian berharganya waktu sehingga seringkali kita harus memilih antara mengerjakan pekerjaan tertentu dan meninggalkan lainnya. Tapi memang itulah kehidupan, penuh dengan pilihan dan konsekuensi. Namun seringkali yang terjadi adalah kita tidak bisa menentukan pilihan, pekerjaan mana sebagai prioritas sehingga akhirnya tidak ada satu pun terselesaikan secara optimal.


Waktu memiliki karakteristik seperti halnya pedang bermata dua.
Ketika salah memanfaatkannya maka akan mencelakakan diri sendiri. Tentu saja tidak ada satu orang pun menginginkan semua waktunya habis hanya untuk mengerjakan satu pekerjaan saja, sedangkan banyak hal menyenangkan lainnya terabaikan. Untuk itu kita perlu menentukan skala prioritas dan memanage waktu sebaik mungkin sehingga kita tidak menjadi orang yang merugi atau celaka karena tidak bisa melakukan sesuatu atau menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Kita terjebak dalam lingkaran waktu dan dikendalikan oleh waktu, padahal seyogyanya manusialah yang memanage waktu tersebut karena kita adalah khalifah di muka bumi ini.


Yang perlu diperhatikan dalam memanage waktu adalah bahwa kita hidup tidak hanya untuk bekerja atau bermain atau shalat terus menerus. Tubuh kita punya hak dari waktu kita, begitu juga lingkungan seperti keluarga dan teman-teman, dan tentu saja ruh kita juga punya hak sehingga aspek spiritual tidaklah ditinggalkan. Bahkan seharusnya menjadi prioritas, seperti firman Allah :

”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

(Q.S. Al-Jumu’ah : 10)

Dari firman Allah di atas jelas bahwa aspek pertama yang harus diutamakan adalah spiritualitas kita yaitu mengisi bateri Ruh kita agar tahan banting ketika berhadapan dengan godaan dunia. Setelah itu kita diharuskan untuk mencari nafkah dan mengumpulkan rejeki Allah di muka bumi ini. Namun tentu saja dengan selalu disertai dzikir kepada Allah agar kita tidak terjerumus dalam kesesatan syaitan sehingga melakukan perbuatan-perbuatan tidak terpuji.


Dengan demikian diharapkan kita tidak menjadi orang-orang yang merugi, karena masa atau waktu yang diamanatkan Allah kepada kita dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan selalu meningkatkan keimanan, beramal sholeh, dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.


Dalam memanage waktu ingatlah bahwa kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri namun mengemban amanah Allah sebagai khalifah-Nya dan memiliki kewajiban terhadap lingkungan kita, baik keluarga terdekat, masyarakat sekitar dan umat manusia secara umumnya. Bagilah waktu kita untuk Allah, diri sendiri, pekerjaan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia.


Apa yang akan kita lakukan dalam rangka beribadah kepada Allah? Akan berapa lama?

Pekejaan apa yang akan kita lakukan hari ini? Berapa lama?

Apa yang akan kita lakukan bersama keluarga? Kapan dan berapa lama?

Apa yang akan kita lakukan untuk masyarakat sekitar lingkungan kita? Berapa lama?

Apa yang akan kita lakukan untuk kemaslahatan umat manusia secara umum? Berapa lama?

Dan terakhir apa yang akan kita lakukan untuk diri kita sendiri? Berapa lama?

Cobalah buat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan laksanakan. Perlu diingat bahwa apa yang kita rencanakan terkadang tidak berlangsung sesuai rencana karena itu berusahalah semaksimal mungkin dan bertawakal kepada Allah.


Rumusan di atas bukanlah sudah terbukti secara obyektif namun hasil pemikiran saya, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita dalam melakukan manajemen waktu terutama untuk saya sendiri.

Tuesday, January 5, 2010

Kisah Kepompong Kupu-kupu

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk dan mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.

Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut.

Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya,yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.

Saturday, January 2, 2010

Happy New Year 2010

Alhamdulillah, segala puji bagimu ya Allah yang telah menciptakan masa sehingga kami dapat menikmati pergantian waktu.

Pergantian tahun telah menjadi sebuah peristiwa istimewa yang senantiasa diperingati secara istimewa. Berbondong-bondong umat manusia berkumpul, baik bersama keluarga, teman maupun orang-orang yang sama sekali belum dikenalnya hanya untuk memperingati nuansa pergantian tahun. Berbagai macam hal dilakukan umat manusia ketika menyaksikan peristiwa ini. Ada yang berhura-hura, bersilaturahmi antar anggota keluarga maupun teman, ada yang memanjatkan syukur dan berzikir kepada Allah, namun tentunya ada juga yang tidur nyenyak di rumah karena menganggap bahwa momen pergantian tahun tidaklah istimewa, dan lain sebagainya.


Segala sesuatu baik itu objek, perbuatan maupun peristiwa sifatnya boleh-boleh saja (Mubah) kecuali yang sudah jelas hukumnya dalam agama. Dengan demikian memperingati prosesi pergantian tahun tentu saja boleh, hanya saja bagaimana kita memperingatinya menjadi aspek utama. Disadari ataupun tidak, pergantian detik, menit, hari, maupun tahun menjadikan usia kita terus bertambah dan mengurangi jatah umur ini di dunia serta semakin mendekatkan diri kita pada hari pembalasan.

Kemarin malam (tanggal 31 Desember 2009) kami sekeluarga merencanakan untuk menanti pergantian tahun berkumpul beserta keluarga di saung pinggiran kota Bandung. Di perjalanan banyak sekali anak-anak muda yang masih tergolong ABG bergerombol dan kompoi menggunakan sepeda motor pergi ke pusat kota dengan tidak menghiraukan keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Mereka kebut-kebutan, membunyikan klakson dan terompet dengan bisingnya serta menghalangi jalan.

Melalui fenomena tersebut terlihat bahwa momen pergantian tahun menjadi ajang hura-hura, kesenangan sesaat dan tidak terlihat kepedulian pada orang lain. Padahal momen ini adalah momen penting bagi kita untuk introspeksi, apa yang telah kita lakukan selama tahun-tahun ke belakang?, apa yang sudah kita capai dan apakah pencapaian itu bermanfaat bagi orang lain? (karena sesungguhnya sebaik-baiknya seorang muslim adalah yang bermanfaat bagi muslim lainnya), sudah sebanyak apa bekal kita untuk menghadapi perhitungan Allah di akhirat kelak? apakah kita telah berbuat atau menjadi muslim yang lebih baik di tahun ini dibandingkan tahun lalu? dan tentu saja bagaimana dan apa yang akan kita lakukan agar menjadi lebih baik di tahun depan?

Banyak hal yang perlu kita renungkan dan pikirkan di momen pergantian tahun sehingga kita dapat menjadi hamba Allah yang memperoleh Rahmat-Nya di hari perhitungan kelak.

Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi karena amal ibadah kita sama saja dengan tahun ini atau bahkan menjadi orang yang teraniaya karena ibadah dan perbuatan kita lebih jelek/buruk dari tahun ini.

Mudah-mudahan ini dapat menjadi renungan bagi kita semua terutama saya sendiri.

Wallahu a'lam bishshowaf.